“Buat apa kita hidup kalau tidak berguna bagi orang banyak.”
Ini adalah prinsip hidup yang dipegang oleh seorang bidan yang bekerja di pelosok desa, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Nama beliau adalah Rosmiati.
Rosmiati Bangkit Memberi Inovasi Dengan Tetap Maksimal Sepenuh Hati Melayani |
Beliau merupakan bidan desa yang bertugas untuk menangani kesehatan baik Ibu dan Anak dan masyarakat di sana. Menjamin masyarakat di desa Tunggal Rahayu Jaya mendapat akses kesehatan adalah tugas yang ia tanggung dengan lapang dada.
Meski zaman sudah modern, tapi masih ada banyak sekali desa-desa pelosok yang kesulitan mendapatkan akses kesehatan yang memadai. Bahkan, untuk melahirkan pun banyak yang masih memilih ke dukun karena terkendala biaya.
Jangan tanyakan mengenai layanan BPJS. Sebab, layanan ini tidak berlaku ke semua pelosok. Ada banyak masyarakat yang harus melintasi sungai dengan perahu untuk mengakses rumah sakit yang menerima BPJS.
Karena itulah, bidan desa pun dihadirkan sebagai perwakilan untuk melakukan pertolongan pertama sekaligus mempertimbangkan apakah pasien tersebut membutuhkan rujukan ke fasilitas kesehatan lanjutan atau tidak.
Bidan Desa Penggerak Kesehatan di Desa Terpencil
lulusan Akademi Kebidanan di Padang, Rosmiati
Sebagai lulusan Akademi Kebidanan di Padang, Rosmiati telah lama mendedikasikan dirinya menjadi bidan di desa terpencil. Apa lagi kalau bukan panggilan hati? Melihat sulitnya akses kesehatan masyarakat pedesaan. Serta minimnya kehadiran tenaga kesehatan medis terdekat.
Karena itulah, tanpa menghiraukan gaji yang tak seberapa itu. Rosmiati kuatkan hati untuk mengabdi pada negeri demi membantu warga di pedesaan sekitar Kabupaten Indragiri Hilir.
Tugas utama seorang bidan desa tentunya untuk menjamin keselamatan bagi Ibu dan calon bayi yang ada di kandungan. Serta anak-anak untuk mendapat pertolongan pertama kesehatan.
Kegesitannya dalam menolong tidak perlu diragukan lagi. Sebab, ia terbiasa menggenggam infus sambil membelah sungai. Menemani ibu yang hendak melahirkan dan membutuhkan tempat rawat yang memiliki perlengkapan khusus.
Biasanya, kondisi pasien yang demikian ini harus dirujuk ke tempat kesehatan setempat seperti posyandu atau rumah sakit daerah.
Namun, jika tidak ada kendala medis lainnya. Biasanya Rosmiati akan memberikan bantuan saat ibu melahirkan di tempatnya bertugas yaitu Pos Kesehatan Desa.
Menolong setiap pasien yang membutuhkan tindakan lanjut. Membawa mereka dari rumah mereka, mengantarnya menggunakan perahu. Tidak lagi merasa takut dengan ombak tinggi. Membuat Rosmiati menjadi pejuang tangguh.
Tak heran jika ia diberikan apresiasi berupa penghargaan SATU Indonesia Awards dari Astra pada tahun 2012 silam.
Perjuangannya ini juga tidak hanya memberi pertolongan tapi juga memberikan edukasi terkait pengadaan Program Dana Sehat yang merupakan gotong royong dari masyarakat pedesaan.
Berjuang Demi Kesejahteraan Kesehatan di Pedesaan Terpencil
lulusan Akademi Kebidanan di Padang, Rosmiati
Program ini awalnya dirancang oleh Rosmiati untuk mengedukasi Ibu hamil dalam mempersiapkan persalinan yang tenang dan nyaman. Terlebih jika kendalanya adalah biaya, seringnya merupakan kendala yang mengancam keselamatan Ibu dan Bayi.
Karena itu, agar para Ibu hamil ini tidak banyak memikirkan mengenai biaya. Maka dibuatlah gerakan gotong royong berupa tabungan masyarakat desa yang bisa digunakan bersama. Biayanya 2000 rupiah saja setiap bulan.
Nantinya, Dana Sehat ini akan digunakan secara bergilir bagi siapa saja yang membutuhkannya. Tak hanya berdedikasi memberikan pelayanan kesehatan maksimal dengan bayaran minimal.
Inovasi program ini membuat masyarakat di pedesaan bisa mendapat pelayanan kesehatan yang lebih lengkap dengan peralatan medis yang sesuai.
Lebih jelasnya, program yang diinisiasi dari warga untuk warga ini Dikhususkan bagi masyarakat yang membutuhkan pertolongan darurat. Melalui program gotong royong ini sehingga setiap keluarga bisa mendapat akses kesehatan yang layak.
Sementara, jika tidak ada penggunaan untuk pasien gawat darurat. Maka dari Dana Sehat ini bisa digunakan untuk membeli perlengkapan kesehatan di Pos Kesehatan Desa. Sehingga bisa lebih lengkap fasilitasnya.
Meski masyarakat desa harus mengeluarkan uang 2000 rupiah untuk tabungan Dana Sehat. Tapi, mereka tidak pernah mengeluh sebab mereka sada. Menunggu hanya akan membuat keadaan memburuk. Melangkah maju meski dengan langkah kecil, akan membuat semua orang terselamatkan, utamanya masyarakat di desa tersebut.
Karena itulah, dedikasi Bidan Rosmiati ini perlu diacungi jempol. Meski banyak hambatan dalam pelaksana pemberitaan pelayanan kesehatan di desa. Tapi, ia tidak mau berpangku tangan dan menunggu bantuan.
Justru, ia bangkit berdiri dan memberi pertolongan. Sambil memikirkan jalan keluar yang lebih realistis demi kesehatan masyarakat pedesaan. Sosok inspiratif yang bisa membangkitkan semangat bagi generasi muda.
Posting Komentar
Posting Komentar