Memaafkan dan Meminta Maaf - Dalam ajaran Islam kehidupan manusia memiliki dua hubungan, hablum minallah hubungan dengan Allah, Sang Pencipta. Dan hablum minannas hubungan dengan manusia itu sendiri. Dalam menjaga hubungan dengan manusia ini, memang tidak mudah. Dengan saudara sendiri saja kita kadang bertengkar, apalagi dalam sebuah hubungan pernikahan, yang tadinya bukan siapa-siapa kini menjadi separuh nyawa. Memang tidak gampang.
Kehidupan manusia yang senantiasa berputar, melewati segala macam cobaannya, baik itu kebaikan atau keburukan. Kadang ada episode yang menawarkan kebahagiaan, dan juga ada episode yang memberikan tumpahan air mata.
Jujur episode terbesar dalam hidup saya adalah ketika akhirnya bapak pulang ke rumah, beliau pulang dalam keadaan tidak bisa apa-apa. Setelah sekian lama pergi dari rumah, tanpa kabar di mana dan seringkali menghubungi hanya minta bantuan dana.
Bapak hanya berada di rumah selama tiga bulan, setelah itu wafat meninggalkan rasa yang tak pernah bisa tergambarkan di hati saya. Kepulangannya membuat saya belajar memafkannya dan saya juga belajar untuk meminta maaf.
Bapak, Saya Minta Maaf dan Saya Sudah Memaafkan Bapak
"Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah." (Al-Quran Surat Asy Syu'ara ayat 40).
Ketika almarhum Bapak sampai di rumah waktu bulan Mei lalu, beliau dalam keadaan terluka parah karena berkali-kali terjatuh. Karena lama tidak bersua, kakak saya menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata beliau mengalami darah tinggi, di jalan ia jarang makan, dan jatuh dari bis. Saat pergi ke toilet, ia juga terjatuh lagi dan ia meminta tolong orang menelpon ke nomor hape ibu yang dipakai kakak saya.
Bapak ditemukan di Kudus, dengan berlumuran darah dan luka di mana-mana. Entah luka hanya terjatuh atau lainnya, karena beliau tidak gamblang menjelaskan. Sedih, terluka, sakit hati, amarah yang memuncak dalam diri kami dipertaruhkan. Harusnya kami membawanya ke UGD langsung, tapi tidak kami lakukan karena sungguh bapak seperti gembel dengan bau yang luar biasa tak sedap. Kami takut jika pihak rumah sakit mengira bapak gimana-gimana.
Beberapa hari kami rawat di rumah, ibu dengan telaten membantu bapak yang nggak bisa apa-apa semampunya meski dalam hatinya masih jengkel. Ya, kami merasa sedih karena selama ini bapak pergi tidak memedulikan kami, dan pulang dalam keadaan yang tidak pernah kami sangka.
Rambut gondrongnya yang memutih di potong ibu, meski awalnya beliau tidak mau. Bajunya yang lusuh dan bau dibuang, diganti baju yang baru, dan ibu membantu bapak mandi meski sekujur badannya masih perih. Ya gimana, karena ya Allah bapak seperti orang yang tidak terawat.
Barulah ketika bapak dalam keadaan membaik penampilannya, kami lantas membawa beliau ke dokter. Tidak berselang lama kami membaw bapak berobat ke rumah sakit, dan rawat inap. Setelah melakukan uji lab beberapa kali, bapak dinyatakan gagal ginjal akut stadium akhir dan harus segera cuci darah. Kami harus pindah rumah sakit, untuk melakukan cuci darah. Sementara saya mengurus sendiri, harus meninggalkan bayi saya yang dirawat ibu, padahal posisi ibu juga sakit. Shock bisa jadi yang ibu rasakan juga atas apa yang terjadi ketika itu.
Bapak, Saya Minta Maaf dan Saya Sudah Memaafkan Bapak |
Di lain posisi mertua perempuan saya juga baru saja meninggal, di susul ayah mertua juga sedang sakit pas dengan bapak yang berada di rumah sakit. Saya diminta pulang oleh mbak ipar, karena posisi suami juga sedang kerja kontrak di luar kota. Saat itu sungguh bertubi-tubi cobaan. Betapa mengurus orang sakit itu butuh tenaga ekstra dan pikiran yang lapang.
Sejak bapak tiba di rumah, saya belajar berdamai dengan diri sendiri dan belajar memafkan apa yang terjadi serta belajar maafkan kealpaan bapak yang selama ini tidak mendampingi kami. Dengan begitu hanya satu yang saya harapakan, bapak lekas sembuh dan pulih. Sungguh, saya rindu bercekengkrama dengan beliau seperti dulu. Yang kata orang anak perempuan, pasti dekat dengan bapakknya.
Pukulan terberat saat bapak menghembuskan napas terakhirnya, saya lagi di kereta menuju pulang. Hanya adik saya yang mendampingi, karena ibuk juga bersama saya membantu merawat Gendis. Posisi mertua laki-laki saya sudah meninggal dan rumah tidak bisa ditinggal selama 40 hari, suami juga di luar kota, di rumah juga ada warung. Sungguh saya hampir ambruk juga, oleh sebab itu saya meminta bantuan ibuk untuk datang. Karena di rumah bapak sudah bisa jalan meski pelan-pelan, dan ada adik yang saya harap bisa menjaga.
Nyatanya takdir berkata lain, mendekati Magrib tiba di hari Jumat 14 Juli bapak menghembuskan napas yang terakhir. Saya berada di kereta menuju pulang. Saya pun tidak memberitahu ibu, rencana saya ingin membawa bapak ke rumah sakit dan ibu akan memasakkan bubur untuk bapak. Semuanya gagal, Allah sudah memanggil bapak berpulang. Saya menyesal, belum sempat meminta maaf kepada beliau secara langsung, bahwa saya belum bisa menjadi anak yang berbakti selama hidup beliau.
Yang bisa dilakukan sekarang hanya mendoakan beliau setiap selesai sholat, membacakan surat yasin untuk melapangkan kubur beliau, dan memintakan ampun saya kepada Allah agar beliau tidak merasa tersakiti hatinya. Ya Allah, kumpulkanlah bapak serta kedua mertua saya bersama dengan orang-orang sholeh dan shalehah. Aamiin. Andai waktu bisa diulang lagi, saya ingin memberikan yang terbaik yang saya mampu lakukan. Sayangnya semua hanya ada dalam angan. Semoga bapak, dan kedua mertua saya memaafkan atas segala kurangnya saya, selama menjadi anak beliau. Aamiin.
Berdamai dengan Hati dan Diri Sendiri Serta Selalu Meminta Ampunan Kepada-Nya
Tidak ada yang ingin melukai ahti orangtuanya, karena mereka adalah orang yang berharga dalam hidup kita. Sejak memiliki anak, saya lebih sayang lagi kepada orang tua. Karena sebelumnya belum berada pada posisi bagaimana rasanya menjadi orang tua. Setiap kali mengingat orang tua, hati rasanya porak poranda karena belum bisa membahagiakan beliau, apalagi bapak yang sudah meninggal lebih dulu.
Bisa jadi ini cara Allah mempersiapkan agar saya makin menghargai sebuah kehidupan dan lebih kaut nantinya. Mental jauh lebih matang, dan kesabaran jauh lebih lebar. Semoga saya bisa menjadi pribadi yang tidak pernah berputus asa dan belajar selalu bertahan. Tidak lupa untuk mengadu kepada Allah, sebagai pemilik hidup dan menggantungkan segalanya kepada-Nya.
Doa Diperbaiki Segala Urusan
“Ya hayyu ya qoyyum bi rahmatika astaghiits, wa ash-luhlii sya’nii kullahu wa laa takilnii ilaa nafsii thorfata’ainin abadan.”
Artinya : Wahai Rabb Yang Mahahidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri (tidak butuh segala sesuatu), dengan rahmat-Mu aku meminta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku sekalipun sekejap mata (tanpa mendapat pertolongan dari-Mu).” (HR. Al-Hakim)
#YukNgeblogLagi #NgeblogAsyikBarengKEB |
Posting Komentar
Posting Komentar