Dieng Negeri Di Atas Awan dengan Sejuta Pesonanya - Mau apa pun musimnya, Dieng selalu menarik untuk
dikunjungi. Banyak cerita, banyak harapan, dan mimpi terbit dari sana. Dan
mungkin layaknya orang jatuh cinta, siapapun yang sudah pernah singgah ke
Dieng, ia akan bermimpi untuk selalu bisa datang kembali.
Bersama keluarga |
Senja hampir turun sempurna, ketika kami sampai di
sana. Untunglah, penginapan yang sudah di pesan panitia mudah dicari lokasinya.
Kami memesan tiga rumah besar, untuk bersilaturahmi halal bihalal setelah lebaran
di tahun 2019. Mengapa Dieng? Karena vote terbanyak peserta, jatuh pada negeri
di atas awan ini. Pantas saja, para pejalan, dan orang-orang yang suka
bepergian sering merekomendasikan Dieng untuk disinggahi. Pun banyak orang
bercerita, mereka selalu memasukan Dieng sebagai destinasi wisata yang tidak
pernah mereka lupakan. Para penulis media juga merekomendasikan Dieng, tak
afdol ke Jawa Tengah kalau tidak mampir ke sana. Benar saja, meski lima tahun
lalu saya terengah-engah mendaki bukit Sikunir, saat ini juga masih sama tapi
tak pernah sekalipun saya menyerah untuk turun.
Lihat saja setelah sampai puncaknya, kamu akan
berdecak kagum dan mengucapkan kebesaran Tuhan yang Maha Agung yang tak akan
kita sangkal. Kamu juga akan menyesal
setelah menyumpahi teman satu kamarmu, karena dibangunkan dini hari menuju
bukit Sikunir. Akan lebih banyak syukur dan doa-doa ketika kamu bisa sampai ke
atas bukit, dan perjuanganmu mendaki dengan susah payah dibayar langsung lunas.
Dieng Layaknya Seorang Kekasih yang akan Selalu Kita Rindukan
Bersama Ibu dan Kakak |
Sudah menjadi rahasia umum, jika kamu ke Dieng akan
disambut oleh sejuknya hawa pegunungan. Kabut yang menyelimuti pemandangan, dan
saat kita bicarapun akan mengeluarkan kepulan asap dari dalam mulut seperti
orang yang sedang merokok. Jangan coba-coba tidak mengenakan jaket tebal,
kecuali kalau kamu memang orang yang kebal dengan udara dingin. Bolehlah,
menggunakan pakaian tipis, tapi kalau kamu tidak betah dengan hawa dingin
seperti saya percayalah jaket tebal yang kamu bawa tidak akan mengurangi
penampilanmu.
Lantas saya menoleh ke kanan dan kiri para penjual,
saat akan naik ke bukit Sikunir. Udara yang dingin menusuk tulang, ibarat bukan
apa-apa bagi mereka. Dengan santainya mereka memakai pakaian seadanya. Ada yang
bercelana pendek, ada yang berkaus tipis,
dan ada pula yang biasa saja tanpa mengenakan alas kaki. Ah ... mereka
pastilah sudah terbiasa bukan? Dengan keadaan sedingin ini. Apakabar waktu
Dieng dikabarkan pernah hujan es?
Beristirahat sejenak |
Oh iya, jangan lupa membawa camilan, karena berada
di Dieng dengan udara yang luar biasa dingin akan membuat kita merasakan lapar
yang berkelanjutan. Menu makan malam acara halal bihalal hari pertama, seakan
lewat. Saya mencari perbekalan di dalam tas, dan masih ikut nimbrung
teman-teman yang asik membakar jagung. Sampai detik ini saya menuliskan
kisahnya, sungguh saya merindukan hari di mana saya berada di sana. Pesona
negeri khayangan Dieng, memang tak mudah luntur dari ingatan. Udara yang dingin
seakan menghangat, di temani orang-orang yang kita sayangi. Bercanda tawa,
berbagi cerita dari mereka yang datang dari belahan bumi berbeda. Kalau harus
menyebut satu kata, sebagai penggambarannya saya akan memilih kata, 'bahagia'.
Atau kalau kamu ingin saya menjawab pertanyaan,
tempat kabur sempurna untuk menenangkan diri dari segala macam pikiran ke mana?
Maka saya akan bilang, ‘Pergilah ke Dieng.’
Menanti Matahari Terbit |
Menikmati Pesona Alam Dieng bareng Keluarga
Secara administratif Dieng, berada di wilayah
Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara, Jawa Tengah. Dieng juga terletak di kaki
pegunungan dan dataran tinggi vulkanik yang aktif. Ketinggian Dieng pada 2000 m di atas
permukaan laut, jika memandang ke Utara-Selatan jatuh di 1900 m dan lebar 800
m. Tidak hanya memiliki pesona alam bak negeri khayangan, tetapi Dieng juga
memiliki ragam kawasan Cagar Budaya,
yang sudah dilindungi. Seperti Kawasan Percandian Dieng, sudah mendapatkan
Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan
Nomor 007/M/201.
Meskipun sudah menginap dua malam tiga hari di
Dieng, rasanya masih kurang terus. Pesona Dieng memang luar biasa, bersama
dengan Ibu, Kakak, dan suami saya mendaki bukit Sikunir dan rombongan
sahabat-sahabat yang ikut dalam halalbihalal. Fisik ibu yang sudah berumur lima
puluh tahun masih kuat menanjak, padahal saya sudah ngos-ngosan. "Buk,
kita turun aja ya?" kata saya nggak tega melihat ibu yang beberapa kali
harus berhenti.
"Insya Allah ibu kuat," begitu balas
beliau yang akhirnya membuat saya pun kembali bersemangat.
Tugu Sikunir |
Awalnya yaudah lah ya, sampai di sini aja. Nggak
usah dipaksakan, tapi nyatanya kesabaran dan usaha menahan diri tidak menyerah
dengan gampang berhasil. Terlebih mendapatkan support system luar biasa dari
ibu, dan keluarga. Apa yang tak mungkin, bisa jadi mungkin. Asal kita percaya!
Meski berdesak-desakan, dan saling merapatkan diri untuk menyambut matahari
terbit. Kami tetap berusaha mengabadikan momen. Dieng, kapan lagi ke sini? Selepas
menyaksikan matahari terbit dengan langit yang agak mendung, kami turun. Tidak
ingin melewatkan kesempatan memburu kuliner. Kami memborong carica dua
keranjang, ehehhe ... soalnya murah. Kalau udah sampai bawah jatuhnya mahal.
Perjalanan di Pagi-pagi sebelum Subuh |
Bersama sebagian peserta halalbihalal |
Setelah berpisah dan saling mengeratkan pelukan,
entah kapan bisa jumpa kembali kami juga mengabadikan pose di puncak Sikunir. Bersama
dengan keluarga kami juga menyempatkan diri, mengunjungi Telaga Warna. Telaga
yang permukaan airnya bisa berubah-ubah. Sepanjang perjalanan yang kami lewati,
telaga ini begitu menenangkan dan pose bersama pun diambil. Lagi-lagi
mengabadikan momen dan merekamnya dalam ingatan. Dinginnya angin, dan cuaca
membuat kami tak henti-hentinya menyusut hidung ketika menelusuri telaga warna.
Singgah ke Telaga Warna |
Andai memiliki rejeki dan kesempatan di lain waktu,
semoga saya bisa kembali singgah menjelajah Dieng. Ke tempat-tempat yang belum
pernah saya datangi, atau yang saya sudah datangi dan saya ingin kembali ke sana.
Rumah-rumah dengan selimut kabut, pasti akan begitu saya rindukan. Hari yang
mulai petang, mengantarkan kami untuk berpamitan. Kami membalikkan badan,
menuju ke parkiran. Langkah demi langkah, dan dingin semakin menampar wajah.
Mau datang di waktu kapanpun, negeri khayangan Dieng akan menyambut kita dengan
kehangatannya. Mau datang bersama siapa pun itu, negeri di atas awan Dieng akan
selalu menawarkan cerita yang berbeda di setiap versinya. Mari bersepakat untuk
terus melindungi, dan melestarikan Dieng sebagai warisan budaya. Salam!
Selamat datang di Sembungan |
Writing CHALLENGE Meneropong ‘Negeri Kayangan’ Dieng Direktorat Pelindungan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Bersama Komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis.
Duh, kalau bahas Dieng tuh gemes-gemes gimanaaa gitu. Sekitar tahun 2016, aku pernah berkunjung ke rumah seorang teman di Wonosobo. Kami bakal diajak ke Dieng andai saat itu kondisi memungkinkan. Sayangnya, ketika itu kawasan Dieng tengah direnovasi. Nggak ada pengunjung yang boleh masuk karena kawasan wisata ditutup. Padahal udah di Wonosobo, huaaa ... Lihat foto-fotonya, duh, semoga bisa terwujud ya untuk kembali ke sana. Bareng keluarga, tentunya.
BalasHapusAamiin ya Allah ya Mba, doa-doa terbaik semoga bisa ke Dieang.
Hapusharusnya tahun ini saya ke Dieng sama temen2 kantor mba, karena juni kmrn ada acara trip ke sana, sayangnya pandemi, batal deh :(
BalasHapusBismillah semoga pandemi lekas berlalu ya Mba Wind. aku pun mau ke Karimun bata ehhhee
HapusMasya Allah..cantik sekali pemandangan di sana. Kebayang juga gimana sejuk eh dingin udaranya. Semoga suatu saat bisa ke Dieng deh~
BalasHapusAaamiin ya Allah. Indah banget mba semoga ada rejeki main ke Dieng ya
Hapuswaaaah pemandanganya cantik banget di sana yaaa, aku belum pernah ke dieng, mau masukin ke wish list dulu ah siapa tau punya kesempatan ke sana hehehe
BalasHapusAamiin bagus kak, negeri khayangan di Jateng nih
HapusSalah satu tempat yang kurindukan..huhu..emang banyak banget ya potensi alam disana..
BalasHapusEaaa penuh dengan kenangan ya Kak.
HapusWaaahh... Asik ya travelling ke Dieng ini. Kapan ya aku bisa kesini? Pingin deh... Aku sebagai anak traveller, jiwa ku meronta-ronta melihat Dieng ini.
BalasHapusBismillah pasti ada waktunya kak, bagus luar biasa masyaAllah di sini Kak Dieng.
HapusSeru bgt ya bisa ke dieng bareng2 keluarga besar gini. Kayaknya dieng harus masuk bucket list travelingku nih.
BalasHapusasli Kak, bahagia banget bisa sepaket
Hapusterakhir ke dieng jaman SMA dong dahlama banget haha seru sama temen kelas acara studi tour jaman dulu. disana adem banget, dingiiiiiiin juga hihi
BalasHapusBikin rindu ya tempatnya mba Veb, meski dinginnn
HapusPengen banget ke Dieng tapi uda keburu corona. Hiks. Aku lebih suka gunung daripada pantai karena sejuk.
BalasHapusSejuk dan menyenangkan Mba Mel.
HapusKangen banget main ke dieng, terakhir ke dieng udah lama banget deh.. jadi pengen ke sini lagi.
BalasHapusBismillah semoga bisa main ke DIeng lagi ya mba Irra semangat
HapusMasyaAllah terpesona dengan keindahan alam Dieng. Belum pernah ke sana dan kepingin banget bisa ke sana Nyi.
BalasHapusAaamiin ya Allah, semoga doanya terkabul main ke DIeng bareng keluarga ya mba tuti
HapusBisa lihat suntise sama keluarga di Dieng.. senang banget. Pemandangan nya luar biasa cantiknya
BalasHapusKudu sedia jaket tebal mba, soalnya duingin
HapusSuka banget baca review si kunirnya, aku belum kesampaian ni kesini. Luar biasa fisik ibunya ya kuat sekali. Aku jg biasa klo ndaki ga kuat di nafas apalagi pake masker... smoga segera kesampaian kesana amin
BalasHapusAKu juga takjub sama ibuk mba Ria, udah sepuh kuat menanjak. Bahkan ada yang bawa bayi pula naik
HapusPemandangannya cantik banget di sana ya, dari dku pngn banget ke sana. aku belum pernah ke dieng soalnya, mau masukin ke wish list aku nih dari dulu T_T
BalasHapusBismillah bisa pasti mba reva, insyaAllah ada rejeki bisa sampai sini ya
HapusIbuuu...
BalasHapusIbunya Nyi masih segar sehat bugar yaa...salam untuk Ibunda, Nyi.
Semoga bisa mbolang lagi kemana anaknya melangkah.
Dieng "Negeri Khayangan" yang indah.
Asli eoni ak bahagia banget bisa plesiran bareng ibuk gini.
HapusDuh serunyaaaa. Next destinasiku nih, antara Dieng atau Ijen...semoga kesampaian tahun iniiii
BalasHapus