Gagal
Memanjakan diri dengan Kursi Pijat di Stasiun Gambir - Kereta yang
membawa kami pulang ke kampung halaman, diberangkatkan pada malam hari. Sembari
menunggu malam, saya dan teman seperjalanan saya bunda Triana memutuskan untuk
menitipkan barang di Stasiun Gambir atas informasi seorang sahabat menulis kami.
Nggak lucu kan, muter-muter Jakarta bawa barang segambreng. Nggak bisa bebas
dong ntar kalo mau pepotoan, hahaha ...
dasar blogger apa-apa selalu mau dijadikan konten.
Berkesempatan memiliki teman
seperjalanan, sungguh sangat membahagiakan. Meski perjalanan ini sudah
berlangsung seminggu berlalu, mengingatnya kembali dan menuliskan ceritanya
selalu membuat mulut ini mengumbar senyuman. Kalo Sanie B. Kuncoro bilang,
"Kita akan mengenali seseorang saat orang itu menjadi teman seperjalanan
dalam perjalanan panjang".
Beribu terima kasih untuk bunda Triana,
telah menjadi teman seperjalanan hebatku. Meski kita harus membagi-bagi waktu
dengan siapa kita jalan, tapi kita tetap satu tujuan. Terima kasih untuk
kesabarannya, untuk pengalaman berharganya dan menjadi guide baik hati tanpa
bayaran hahaha ... #nyengir.
Kursi pijat di
stasiun Gambir
Setelah menitipkan barang bawaan, kami
menemukan dua kursi pemijatan yang sedang kosong. Saya mengira itu kursi gratis
hahaha ... ternyata harus membayar dengan uang paling murah Rp 10.000,-.
"Ini uang yang dimasukkan harus
baru, Nyi," kata bunda Triana menjelaskan, kemudian merogoh uang sepuluh
ribuan dari dompet miliknya. Lima menit mencoba memasukkan, tetapi nyatanya
gagal. Sebenarnya saya ingin memberikan recehan juga, tapi sayangnya dompet saya
isinya limapuluh ribuan #Songong.
Tadinya kami pengen mencoba pemijatan,
karena lelahnya berjalan selama perjalanan. Apalagi saya barusan muterin Kebun
Raya Bogor hehehe ... tapi sayangnya uang yang dimasukan harus uang baru. Lecek
sedikit saja nggak bisa, yasudah kami langsung cabut cari ojol menuju Perpusnas
sesuai rencana semula.
Karena bunda Triana yang pengalaman daerah
Jakarta, kebetulan ayah beliau kan tinggalnya di Tangerang jadi sudah biasa
jika dia sering melakukan perjalanan ke Jakarta. Sementara saya, setahun satu
kali dan itupun nggak mesti. Waktu yang masih banyak sebelum balik pulang, saya
diajak untuk jalan-jalan. Niat hati pengen pijat sebentar gitu, eh ternyata
gagal karena uang kita lecek semua #nyengir. Bunda Triana bilang, kalau di
Jakarta itu uang lecek nggak ada, makanya tuh kursi pemijatan nggak mau nerima
uang lecek sedikit. Mesin tapi tahu duit, hahaha
.... maaf ya teman-teman ceritaku receh banget. Tapi saya bahagia karena
memiliki teman seperjalanan yang hebat. Thanks
to bunda Triana, i love you bu
Guru!
Hahahaa.. sama2 Nyi, aku juga seneng banget bisa klik jalan denganmu dan terima kasih sudah sabar motretin aku wakakkakakka... Smg kapan2 bisa jalan bareng lagi yaaa...
BalasHapushahahaha... gara-gara uang lecek jadi gagal pijat. padahal enak banget lho mbak cobain kursi pijat gini. mayan banget buat ngilangin capek-capek gitu.
BalasHapusjiaaahhh mesinnya pemilih yaaak ;p. agak susah kalo mau nerimanya yg baru banget :p. akupun jrg ada uang yg benr2 mulus gitu :p
BalasHapus